Minggu, 31 Desember 2017

Metode dakwah

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
Alhamdulillahi nahmaduhu hamdan hamdan, wa syukru lillahi nasykuruhu syukron syukron. Segala puji bagi Allah SWT atas karunia yang telah diberikan-Nya sehingga makalah “Metode Dakwah” yang disusun sebagai tugas mata kuliah Ilmu Dakwah dapat diselesaikan semaksimal mungkin. Shalawat serta salam disanjungkan kepada nabi agung Muhammad SAW yang memberikan inspirasi dakwah sehingga makalah ini tersusun salah satunya atas spirit perjuangan beliau.
Berdakwah, sebagaimana telah dibahas sebelumnya merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan oleh umat Islam. Hal ini dipahami secara sempit oleh beberapa kalangan sehingga esensi dakwah sering tidak tersampaikan akibat tidak memadainya seorang da’i dalam berperan sebagai penyampai pesan dakwah. Hal yang sering menjadi kendala adalah tidak mampunya da’i menyikapi problematika kontemporer yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Kemudian masyarakat menjadi korban adu kepentingan antar golongan yang sebenarnya tidak patut untuk dipersoalkan.
Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Ilmu Dakwah, Ibu Khoiro Ummatin yang telah memberikan kami kesempatan berdiskusi ria membahas problematika disefektifitas kegiatan dakwah sehingga muncul teori-teori untuk mengangkat dakwah sebagai sebuah kajian dan kegiatan yang efektif. Permintaan maaf kami haturkan atas kesalahan-kesalahan yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini, baik kecil maupun besar.
Akhir kata wallahu muwafiq ila aqwam at-thariq.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Bandung, 20 Oktober 2017
Penyusun

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu arti dakwah adalah usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqida syariat serta akhlak islamiyah. Dalam pelaksanaan dakwah ini, selayaknya harus mengetahui metode-metode dalam penyampaiannya,  yang mana Al-Quran telah mengisyaratkan sebagai tuntunan dalam metode tersebut.
Dalam menerangkan cara-cara berdakwah tersdebut, Allah SWT berfirman:
 ادع إلي سبيل ربك باالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم باالتي هي احسن إن ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم باالمهندين {النحل:125}
“Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah, dan debatlah mereka dengan cara yang terbaik, Tuhanmu Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan ia Maha Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.
Dari ayat di atas jelaslah bahwa seorang juru dakwah harus memperhatikan metode-metode tersebut sehingga visi dan misi dalam berdakwah dapat tercapai, yang mana susunan metode tersebut disajikan sebagai acuan dalam berdakwah sesuai kondisi dan situasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode Dakwah qurani?
2. Bagaimana Dakwah Rosulullah?
C. Tujuan Pembahsan
Untuk mengetahui Metode dakwah Qurani dan Metode dakwah Rasulullah

PEMBAHASAN
A. Metode Dakwah dalam Al-Quran
1. Metode Hikmah
Hikmah secara bahasa memiliki beberapa arti: al-adl, al-ilm, al-hilm, al-nubuwah, al-Qur’an, al-injil, al-Sunnah dan lain sebagainya. Hikmah juga diartikan al-llah, atau alasan suatu hukum, diartikan juga al-kalam atau ungkapan singkat yang padat isisnya. Seseorang disebut hakim jika dia didewasakan oleh pengalaman, dan sesuatu hikmah jika sempurna.
Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of reference, field of reference dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komunikan (objek dakwah). Dengan kata lain bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilakukan atas dasar persuasife. Karena dakwah bertumpu pada human oriented, maka konsekuensinya logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informative.
Para ulama telah mendefinisikan kata himah secara istilah yang diambil dari pengertian bahasa tersebut, antara lain:
AL-Hikmah: “mencapai kebenaran dengan ilmu dan akal.” Al-Hikmah dari Allah adalah mengetahui sesuatu dan menciptakannya secara sempurna. Dan hikmah bagi manusia adalah mengetahui apa-apa yang diciptakan Allah dan berbuat baik.
Pengertian lain, hikmah adalah mengetahui sesuatu yang terbaik dengan pengetahuan yang paling baik.
Meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Ketepan ucapan dan perbuatan secara bersamaan.
Ibnu katsir menafsirkan kata hakim, dengan keterangannya, hakim dalam perbuatan dan ucapan, hingga dapat meletakan sesuatu pada tempatnya. Dari berbagai pengertian ini, jelaslah bahwa apa yang dimaksud metode hikmah adalah metode meletakan sesuatu pada tempatnya, dengan demikian belarti mencangkup semua teknik dakwah

a. Dasar-dasar Metode Hikmah
Kelebihan metode hikmah ini nampak pada beberapa hal berikut:
Dari makna hikmah yang mengakomodir kedua ikmah teoritis dan praktis, dan seorang tidak dikatakan hakim (bijak) jika tidak bisa berbuat bijak secara teoritis dan praktis.
Allah sendiri memilih kata hakim sebagai salah satu nama-Nya yang diulang dalam Al-Qur’an lebih dari 80 kali.
Hikmah merupakan salah satu isi hati Nabi saw. Sebagaimana dalam hadits disebutkan: “Dibukalah atap rumahku dan akku di Makkah, lalu turunlah Jibril, lalu di belah dadaku, kemudian dicuci dengan air zamzam, lalu ia membawa bokor emas yang berisikan hikmah dan iman, kemudian dituangkan dalam dadaku, lalu dikukuhkannya.”(Muttafaq Alai).
Diantara pekerjaan Rosululla saw. adalah  mengajaarkan hikmah, “Dan dia mengajarkan kamu hikmah  dan kitab.”
Allah menganjurkan untuk berdakwah dengan metode ini: “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’idzoh hasanah” (QS. An-Nahl: 125).
Pemberian yang paling berharga yang di berikan kepada manusia: “Ia memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, barang siapa yang diberi hikmah berarti telah diberi kebaikan yang banyak” (QS. Al-baqarah: 269)
Seseorang boleh iri karena hikmah yang didapat orang lain di dunia ini. Hadits Rasul saw.: “Tidak ada iri kecuali dalam dua hal; kepada seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia bisa menguasainya dengan hak hingga tidak mengahncurkan dirinya, dan seseorang yang diberi hikmah lalu ia mengamalkan dan mengajarkannya


2. Metode Mauidzah Hasanah (nasihat)
Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata wa’adza-ya’idzu-iwa’dzan dan ‘idzata; yang berarti “menasihati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan,” berarti juga “menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat.”
Alhasanah  merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipaami bawa mauidza dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung pada merode yang dipakai pemberi nasihat.
Atas dasar itu, maka pengertian untuk mauidzah disertai dengan sifat kebaikan, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzah hasanah…..” Karena kalau kata mauidzah dipakai tanpa embel-embel dibelakangnya, pengertiannya harus dipaami sebagai mauidzah hasanah.  Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek
Menurut filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru /mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad’u ila al shale) dengan cara rangsangan ,enimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).
Cukup sederhana, teetapi mengandung ke dalam uraian yang cukup luas, karena raghbah dan rahbah yang dimaksudkan ole Syaikh al Islam itu adalah merupakan kebutuhan emosional dan manfaat ganda di dalam kehidupan yang wajar dan sehat (to satisty emosional needs and gain stability of life) sehingga di dalam konteks sosiologis, suatu kelompok akan merasakan bahwa seruan agama (islam) memberi semangat dan kehidupan yang cerah baginya. Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat Al-Quran:
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك………..
“Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…….
Dan bawha aktifitas dakwah adalah dengan mauidzah yang mengarah kepada pentingnya manusiawi dalam segala aspeknya. Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoism adala warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan idea-ideanya untuk mempengaruhi orang lain secara persuasive dan bahkan coersive (memaksa).
Caranya dengan mempengaruhi obyek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan rasional. Maksudnya sebagai subyek dakwah harus memperhatikan semua determinan psikologis dari obyek dakwah berupa frame of reference (kerangka berpikir) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari obyek dakwah dan sebagainya). Dalam hal ini Nabi memberikan petunjuk melalui sabdanya:
خا طبوا الناس علي قدر عقولهم.
“Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan kemampuannya”.
  Jadi setelah mengalami frame of experience dari obyek dakwah, seorang da’I diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang factual berupa mauidzah hasanah agar pihak obyek dakwah dapat menentukan pikiran teradap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya.

B. Metode Dakawah Rasul
Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang di utus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan risalah-Nya. Rasulullah saw. berasal dari nasab yang mulia dari keturunan Nabi Ismail sesuai dengan firman Allah SWT. dalam surah al_Ahzab ayat : 40
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah Memilih Kinanah dari anak Ismai as. dan memilihQuraisy dari Kinanah, dan memilih Quraisy bani Hasyim, dan memilihku dari bani Hasyim (Al-Quran surah al-Ahzab: 40).
Ini menunjukkan bahwa Rasulluh memang telah dipersiapkan oleh Allah SWT. untuk mengemban risalah agama yang agung untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, menjadi penebar agamarahmat bagi seluruh alam, memberika kabar gembira bagi umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT., dan memberi kabar buruk bagi umat yang melanggar semua perintah-Nya.
Kiprah nabi Muhammad saw. sebagai rasul sekaligus pemimpin agama baru akan berkembang ketika ia menerima wahyu di Gua Hira (Munawir khalil, 1993: 124). Pada saat ia prihatin terhadap masalah-masalah yang di hadapinya di Mekkah, sehingga beliau mencari keheningan dan memisahkan diri untuk melakukan kontemplasi di Gua Hira yang letaknya beberapa kilometer dari Mekkah.
Di Gua Hira inilah kemudia rasulullah pertama kalinya mendapatkan wahyu yang di sampaikan oleh malaikat Jibril yang terdapat dalam surah Al-Alaq ayat 1-4 .
Terjemahnya:
”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah teramat mulia, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (tulis baca), dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya”.
Sejak turunnya wahyu yang pertama tersebut maka Rasulullah telah dipilih oleh Allah untuk diperintahkan menyerukan agama Islam. Maka Rasulullah menyusun formulasi dakwah yang dilakukannya di kota Mekkah.
Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah pada waktu itu ada tiga metode, yakni dengan cara sembunyi-sembunyi, semi rahasia dan terang-terangan.Dakwah rasulullah secara sembunyi-sembunyi mampu mengislamkan istrinya yaitu, Khadijah, dan juga sahabatnya yaitu Zaid bin Haritsahra. Abu Bakar dan sepupunya Ali bin Abi Thalib (Sabilitaqwa Amanah, 1993: 34). Sedangkan dakwah yang dilakukan secara terang-terangan nanti pada tahun keempat kerasulannya, setelah mendapat perintah dari Allah SWT. sesuai dengan surah al-Hijr: 94.
Terjemahnya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Departemen Agama RI, .399)
Menurut Said Hawwa dalam bukunya al_rasul Muhammad saw. bahwa formulasi lain yang digunakan oleh Rasulullah ketika melakukan dakwah di Mekkah adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan Orang-orang;
2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan,
3. Pergi untuk bertabligh;
4. Menugaskan setiap muslim untuk bertabligh;
5. Membebankan tugasmengajar;
6. Mengirim utusan kepadaraja dan amir
(Said Hawwa, 1995: 65).
Jika melihat dan menelaah apa yang dilakukan oleh Rasulullah dalam dakwahnya maka hal yang pertama kali dilakukannya adalah mengislamkan orang-orang terdekatnya termasuk isterinya yaitu khadijah, Ali bin Abi Thalib dan para sahabatnya, Ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya dukungan orang yang terdekat dalam melakukan aktifitas dakwah.
1. Kondisi Masyarakat di Kota Mekkah
a.Kondisi Keagamaan
Pada abad-abad menjelang kehadiran Islam, masyarakat Arab dikuasai oleh pemikiran syirik memandang berhala sebagai perantara untuk menghubungkan dengan Tuhan mereka. Mereka mempercayai keberadana Allah sebagai Tuhan yang Mahabesar, Pencipta alam semesta, pengatur segala kehidupan di langit dan bumi. Mereka yakin bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya. Tetapi pikiran yang ada dalam benak mereka sangat sukar memahami ajaran tauhid yang diberikan oleh para Nabi terdahulu. Pada waktu itu mereka menyembah berhala dengan cara membuat rumah-rumahan untuk di jadikan ’istana’bagi tuhan-tuhan berhala dan patung-patung pujaan. (H.M. Al-Hamid Al-Ahsaini, 2000: 76-78).
Jika dilihat dari perilaku orang-orang Arab pada saat itu menujukkan bahwa begitu gigihnya mempertahankan keyakinan mereka yang berasal dari nenek moyang merekayang dilakukannya secara turun temurun.
b.Kondisi sosial budaya
Di kalangan masyarakat Arab jahiliyah juga terdapat lapisan-lapisan masyarakat, dimana ada beberapa kabilah atau suku yang merasa memilki martabat yang lebih tinggi dengan lapisan-lapisan yang lainnya. Fanatisme terhadap kesukuan dan kekabilahan berakar begitu kuat di tengah-tengah masyarakatArab.
Selain masalah kesukuan yang sangat kental dengan kondisi masyarakat pada saat itu dalam bukunya Ibnu Katsir mejelaskan bahwa kondisi masyarakat sangat bobrok, dimanahubungan antara laki-laki dan perempuan sudah sangat rusak, perlakukuan terhadap budak semena-mena , budaya miras yang mengakar , mengubur anak perempuannya hidup-hidup karena tidak suka melihat anak perempuan (Ibnu Katsir, 1993: 46).
Demikianlah kondisi masyarakat Arab pada saat itu, yang penuh dengan kebobrokan.
c.Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat Arab pada saat itu, mayoritas mengembala unta dan kambing. Kehidupan mereka berpindah-pindah dari satu gurun ke gurun yang lainnya.Perdagangan adalah pendapatan primadona masyarakat Mekkah dan Quraisy pada saat itu.
2. Metode Dakwah Rasulullah saw.
Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. di kota Mekkah pada masa Kenabiannya dapat di bagi dalam 3 tahapan yaitu secara sembunyi-sembunyi dengan melakukan pembinaan dan pengkaderan, semi rahasia dan secara terang terangan atau Zhair dan melakukan upaya pembentukan sistemmasyarakat. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan bagaimana ketiga tahapan tersebut.
a.Tahap pertama dengan melakukan dengan rahsia.
Dakwah Rasulullah pada tahap ini dilaksanakan secara sirriyah (rahasia) dalam waktu tiga tahun . Waktu itu dakwah belum dilakukan secara terbuka di depan umum, melainkan melalui individu-individu , dari rumah ke rumah. Mereka yang menerima dakwah Islam dikumpulkan di rumah Arkom , sehingga rumah itu dikenal sebagai Darul Arqam. Disanalah mereka di binadan dikader dengan sungguh-sungguh dan secara terus menerus.
Pada tahapan dakwah ini, orang-orang terdekat dengan Rasulullah SAW. dan orang-orang yang dianggap mampu memegang rahasia yang diajak oleh Rasulullah untuk mempelajari Islam. Orang yang pertama kali masuk Islam adalah khadijah , istrinya , selanjutnya Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan teman dekat Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq (Munawir khalil, 1993: 124).
b.Tahapan kedua yaitu seruan Nabi Muhammad saw. Masih semi rahasia
Pada tahapan ini, Nabi Muhammad saw. mengajak kepada kaum keluarganya yang bergabung dalam rumpun Bani muthalib untuk masuk Islam. Tahapan ini dijalankan berdasarkan petunjuk wahyu yang menegaskan supayadakwah dilakukan lebih luas
c.Tahap ketiga secara terang-terangan.
Pada tahapan ini bentuk dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. adalah dengan cara terang-terangan atau terbuka kepada seluruh masyarakat Jazirah Arab. Tahapan ini penuh dengan rintangan dan perjuangan setelah mendapatkan perintah dari Allah SWT. Sebagaiamana terdapat dalam surah al_hijr: 94.
Dakwah pada masa ini, mendapat reaksi yang sangat keras dari kalangan kaum musyrikin . Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Istri Bilal bin Rabbah disiksa hingga meninggal, sedangkan Bilal sendiri di paksa berbaring di siang hari bolong di tengah teriknyamatahari (Al-Ummah, h.59) Puncak dari kekejaman itu sangat dirasakan oleh Rasulullah saw. takkala dua pilar utama penopangnya yakni Abu Thalib pamannya dan Khadijah istrinya meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi di tahun ke sepuluh kenabiannya. Kondisi ini menyebabkan Nabi Muhammadsaw. semakin diejek dan disoraki dan dilempari batu bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya(Montgomery Watt, 1982: 83).
Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam yaitu :
1. Rivalitas tradisonal ala Arab Mekkah tidak dapat membedakan antara kenabian dna kekuasaan. Tentang seruan Nabi Muhammad saw. kepada Islam, itu ditanggapi secara politis dalam arti bahwa menerima seruan nabi Muhammad saw berarti tunduk di bawah kekuasaan Abdul Muthalib.
2. Persamaan hak Nabi Muhammad saw. menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. Konsep Islam tentang persamaan hak dibuktikan kebenarannyaoleh kaum muslimin dengan menebus mereka yang masuk Islam seperti: Zaid bin Haritsah, Bilal dan sebagainya.
3. Kekhawatiran-kekhawatiran untuk di bangkitkan. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Mereka beranggapan bahwa ajaran ini sangat kejam.
4. Tradisi nenek moyang. Tradisi yang mereka pegang teguh dianggap sesuatu yang mutlak dan membawa keuntungan sehingga mereka sulit meninggalkannya. Oleh sebab itu Islam diserukan oleh Nabi Muhammad saw. dianggap sesuatu yang baru dan tidak dapat menggantikan yang sudah lama.
5. Masalah ekonomi. Kedatangan Islam yang melarang pemujaan kepada patung dan semacamnya oleh orang-orang Arab sebagai suatu tindakan politik ekonomi yang akan usaha mereka (Ahmad Syalabi, 1983: 87-90).

PENUTUP
Dengan demikan, ungkapan bi al-hikmah ini berlaku bagi seluruh manusia sesuai dengan perkembangan akal, pikiran dan budayanya, yang dapat diterima oleh orang yang berpikir sederhana serta dapat menjangkau orang yang lebih tinggi pengetahuannya.Sebab, yang dipanggil adalah pikiran, perasaan dan kemauan. Dengan begitu, dipahami bahwa al-hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dan pada tujuan yang dkehendaki dengan cara yang mudah dan bijaksana
Al-maw’izhah al-hasanah adalah sesuatu yang dapat masuk ke dalam kalbu dengan penuh kelembutan; tidak berupa larangan terhadap sesuatu yang tidak harus dilarang; tidak menjelek-jelekkan atau membongkar kesalahan.Sebab, kelemahlembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar.
Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang di utus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan risalah-Nya. Rasulullah saw. berasal dari nasab yang mulia dari keturunan Nabi Ismail sesuai dengan firman Allah SWT. dalam surah al_Ahzab ayat : 40
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah Memilih Kinanah dari anak Ismai as. dan memilihQuraisy dari Kinanah, dan memilih Quraisy bani Hasyim, dan memilihku dari bani Hasyim (Al-Quran surah al-Ahzab: 40).
Ini menunjukkan bahwa Rasulluh memang telah dipersiapkan oleh Allah SWT. untuk mengemban risalah agama yang agung untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, menjadi penebar agamarahmat bagi seluruh alam, memberika kabar gembira bagi umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT., dan memberi kabar buruk bagi umat yang melanggar semua perintah-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
 Al-Madkhal ila Ilmi Dakwah,
Johan Budi S., Islam-Tata Nilai Alternatif peradaban Modern
Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997),
Said Hawwa. Al-Rasul Muhammad saw., Solo: Pustaka Mantik,1995.
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.,I; Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.
H.M. Al-Hamid Al-Ahsaini. Membangun Peradaban Sejarah Muhammad saw. Sejak sebelum di Utus menjadi Nabi, Cet. I, Jakarta: Pustaka Hidayah, 2000.
Munawir khalil. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. Cet. I ., Jakarta: Bulan Bintang, 1993

Tidak ada komentar: