Minggu, 31 Desember 2017

Teori empirisme, nativisme, kovergensi

                                                                             BAB II
                                                                     PEMBAHASAN
A. Pengertian Empirisme
        Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang berarti coba-coba atau pengalaman.Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Oleh karena itu, adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, maka pandangan terhadap filsafat mulai merosot. ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti dan benar hanya di peroleh lewat indera (empiri), dan empirislah satu-satunya sumber. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme. Empirisme adalah salah satu aliran yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengalaman itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal.
Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman.Untuk memahami inti filsafat empirisme perlu memahami dulu dua ciri pokok empirisme yaitu mengenai makna dan tiori tentang pengetahuan.
1. Filsafat empirisme tentang teori makna, teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat di indra dan dihubungkan kualitas sebagai urutan pristiwa yang sama.
2. Filsafat emperisme tentang teori pengetahuan, menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya.
Tokoh-tokoh Dalam Aliran Empirisme
Diantara tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah Francis Bacon, Thomas Hobbles, David Home dan Jhon Lock, Sebagai berikut :
1. Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan indrawi dengan dunia fakta.Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati.Kata Bacon selanjutnya, kita sudah terlalu lama dpengaruhi oleh metode deduktif.Dari dogma-dogma diambil kesimpulan, itu tidak benar, haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkret mengelompokkan, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbles (1588-1679 M)
Pendapatnya tentang ilmu filsafat yaitu suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum.Karena filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan Tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebab-sebabnya.Sasaran filsafat adalah fakta yaitu untuk mencari sebab-sebabnya.Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
Menurut Thomas Hobbles berpendapat bahwa pengalaman  indrawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan indralah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan pengabungan data-data indrawi belaka. Pengikut aliran empirisme Thomas Hobbles yang lain diantaranya : Jhon Locke (1632-1704 M), David Hume (1711-1776 M), Geege Berkeley(1665-1753 M).
  Ide pokok Empirisme
a. pandangan bahwa sebuah idea tau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan dan bukan akal atau rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Tokoh-tokoh empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobbes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada 2 tokoh berikutnya John Locke dan David Hume



B. Pengertian Teori Nativisme
Kata Nativisme sendiri merupakan penyerapan kata yang berasal dari natus (lahir) atau nativus (bawaan lahir).Yaitu sebuah pandangan bahwa setiap manusia sudah memiliki kekuatan atau potensi dasar bawaan yang didapatkan secara hereditas (diturunkan secara alami).
Teori Nativisme dalam psikologi pendidikan ini bersumber kepada Leibnitzian Tradition, yaitu tradisi yang memusatkan potensi dalam diri individu manusia. Bahwa setiap hasil perkembangan manusia,  akan ditentukan secara genetik dari garis keturunan orang tuanya.Atau dengan kata lain, potensi yang muncul tersebut, ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan manusia  itu sendiri dalam tiap proses penerimaan ilmu pengetahuan. Adapun Yang menjadi ciri khas dalam teori ini adalah bahwa lingkungan tidak dianggap memberikan kontribusi apapun terhadap pengetahuan manusia.
Menurut Schopenhauer, seorang tokoh yang paling berpengaruh dalam teori Nativisme mengatakan bahwa hakikatnya, “kemauan tiap diri manusia” itu sendirilah yang mewujudkan pembawaan dan bakat yang dimaksudkan. Dengan adanya pemikiran yang demikian, Ajaran Nativisme kerap disebut sebagai aliran pesimisme. Karena bagaimanapun usaha yang dilakukan manusia untuk mengasah kemampuan dalam bidang pengetahuan yang “bukan bawaannya”, selamanya ia tidak akan menguasai bidang tersebut. Namun sebagian filsuf tidak memandang demikian, malah menganggap teori ini sebagai dorongan kepada bakat terpendam yang ada dalam tiap diri manusia.




Tujuan Teori Nativisme
Dengan pemahaman aliran nativisme, maka setiap pendidikan dan perkembangan manusia bertujuan untuk :
1. Menemukan bakat terpendam yang dimiliki
Dengan faktor-faktor diatas, maka setiap manusia diharapkan untuk mampu menemukan apa yang menjadi potensi diri atau bakat alaminya.
2. Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli
Merujuk pada faktor pertumbuhan anak, maka setiap manusia dapat mengembangkan minat dan bakatnya. Tidak hanya sampai disitu, bahkan tiap manusia akan mencapai label sebagai manusia yang memiliki kompetensi dan berkemampuan menjadi yang terbaik.
3. Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan
Dengan keyakinan pembawaan yang dipaparkan, maka setiap manusia diharapkan mampu berkomitmen dan bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang menjadi pilihan dalam hidupnya.




C. Teori konvergensi
Secara bahasa yaitu berasal dari bahasa Inggris dari kata verge yang artinya menyatu, mendapat awalan con yang artinya menyertai, dan mendapat akhiran ance sebagai pembentuk kata benda.Sedangkan secara istilah konvergensi mengandung arti perpaduan antara entitas luar dan dalam, yaitu antara lingkungan sosial dan hereditas.kamus Inggris Convergence yang artinya pertemuan pada satu titik. dalam kamus psikologi yang dimaksud aliran konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku.
Sumadi Surya Brata menegaskan teori konvergensi yaitu bahwa dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting, bakat kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang.
Jadi Menurut aliran ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari oleh faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja yang integral (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan).
Teori konvergensi ini dipelopori oleh William Lois Stern (1871-1936), Stern adalah salah satu pelopor dari psikologi modern dan perannya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk menerangkan tingkah laku, yaitu antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Beliau lahir di Jerman di kota Berlin pada tanggal 29 April 1871. tetapi meninggal di Amerika Serikat yaitu di Durham, North California pada tanggal 27 Maret 1938.
Aliran konvergensi lahir dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang dua faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak anak, yaitu faktor hereditas (keturunan) dan Milliu (lingkungan).
D. Konsep Fitrah Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan islam merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara. Didalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah keistimewaan dari system pendidikan islam yang berbeda dengan system pendidikan buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relative sama meskipun alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, social, politik dan sebagainya. System pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”.
Dalam melaksanakan pendidikan islam,peranan pendidik sangat penting dalam proses pendidikan karena dia yang bertanggung jawab dan menetukan arah pendidikan tersebut.Oleh karena itu Al Qalqasyandi seorang pendidi islam pada zaman Khalifah Fatimiyah di Mesir mengajukan beberapa syarat bagi seorang pendidik islam,yaitu:
1. Syarat fisik,meliputi:
a. bagus badannya
b. manis muka/berseri-seri
c. lebar dahinya
d. dahinya terbuka dari rambutnya (besih).
2. Syarat psikis,meliputi:
a. berakal (sehat akalnya)
b. tajam pemahamannya
c. hatinya beradab
d. adil
e. bersifat perwira
f. lurus dada
g. bila berbicara hatinya lebih dahulu terbayang dalam hatinya
h. perkataannya jelas dan mudah dipahami
i. memilih perkataan yang mulia dan baik
j. menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tak jelas.
Ciri-ciri Khas Sistem Pendidikan Islam
Metodologi islam dalam melakukan pendidikan adalah dengan melakukan pendidikannya menyeluruh terhadap wujud manusia,sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikit pun,baik segi jasmani maupun rohani,baik kehidupannya secara fisik maupun secara mental,dan segala kegiatannya di bumi ini.
Islam mengakui wujud manusia secara utuh,tanpa mengurangi nilainya dan merusak kemampuannya sedikit pun.Islam mengakui kebutuhan-kebutuhan spiritual wujud manusia beserta segala daya yang terkandung didalamnya.Islam memberikan segala yang diperlukannya seperti akidah,nilai-nilai dan harga diri,dan menyokong daya-daya yang ada padanya untuk memperbaiki eksistensi mental dan kejelekan-kejelekan yang terdapat dalam masyarakat.
Islam tidak hanya menonjol dalam memperhatikan semua segi eksistensi manusia dan tidak mengabaikan sedikit pun berbagai macam daya yang terdapat didalamnya.Tetapi yang paling menonjol adalah bahwa islam sejalan dengan fitrah dalam hal-hal yang lebih jauh dari itu.
Islam disamping yakin akan adanya banyak segi manusia yaitu jasmani, akal dan rohaninya dengan berbagi kebutuhan daya setiap segi itu, meyakini pula kesatuan dan keterpaduan wujud manusia tersebut dan tidak mungkin dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.Fitrah manusia berjalan menurut garis yang telah diciptkan Allah SWT. Dengan demikian jasmani,akal dan roh yang ada dalam diri manusia tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan.Roh,akal dan tubuh,ketiganya membentuk satu wujud yang utuh,yang disebut manusia,semuanya berinteraksi secara utuh.Islam mengikuti aliran fitrah yang ada dan meyakini bahwa ada saling keterikatan antara unsur-unsur tersebut.Dengan demikian maka islam tidak setuju adanya pemisahan salah satu unsur dari unsur yang lain atau menonjolkan satu unsur dengan menekan sama sekali unsur-unsur yang lain.
Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Anak didik didalam mencari nilai-nilai hidup,harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik,karena menurut ajaran islam,saat anak dilahirkandalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.
Dalam proses perkembangan manusia, islam memiliki konsep-konsep yang menjelaskan proses tersebut secara gamblang. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Konsep fitrah dalam diri manusia.
Fitrah merupkan suatu ketetapan Tuhan bagi setiap makhluk-Nya. Tujuan dan jalan hidup manusia ditentukan oleh Allah SWT, hal ini disebut “ Hidayah Amah Ilahiyah “. Petunjuk yang ditentukan oleh Allah SWT tidak pernah menyesatkan dan keliru dalam menuntun makhluknya untuk menenpuh jalan perkembangannya. Dalam Al-Qur”an, secara fitrah manusia dijelaskan terdiri dari dua bagian:kulit dan isi. Bentuk fisik adalah kulit, sedangkan akal adalah isi. Akal yang dalam terjemahan Al-Qur’an disebut al-‘aql dalah potensi dan substansi dalam diri manusia yang dirinya berlangsung beberapa proses olah pikir, seperti berpikir, mengingat, mengambil iktibar dan sebagainya.
2. Konsep warisan dan Bi’ah ( lingkungan )
Konsep ini menerangkan bahwa keadan manusia saat ini merupakan pembwaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya.Selain faktor bawaan, perkembangan manusia juga sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi idealitas islami.Sedangkan idealitas islami itu sendiri adalah mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.Secara teoritis tujuan pendidikan terbagi menjadi :
a. Tujuan Normatif,suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan.Tujuan ini mencakup :
1) Tujuan formatif yang bersifat memberikan dasar yang korektif
2) Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah
3) Tujuan determinatif yang bersifat memberikan kemampuan untuk mengarahkan diri terhadap sasaran yang sejalan dengan proses kependidikan
4) Tujuan integratif bersifat memberikan kemampuan untuk memadukan fungsi psikis
5) Tujuan aplikatif bersifat memberikan kemampuan untuk penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh kedalam pengalaman
b. Tujuan Fungsional,tujuan ini bersasaran pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognitif,efektif dan psikomotordari hasil pendidika yang diperoleh sesuai yang ditetapkan.Tujuan ini meliputi:
1) Tujuan individual yang bersasaran pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasi kedalam pribadi berupa moral,intelektual dan skill
2) Tujuan sosial yang bersasaran pada pemberian kemampuan mengamalkan nilai-nilai kedalam kehidupan sosial,interpersonal,dan interaksional dengan orang lain
3) Tujuan moral yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk berprilaku sesuai denag tuntunan moral
4) Tujuan Profesional yang bersasaran pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya sesuai dengan kompetensi.
c. Tujuan Operasional
1) Tujuan umum atau tertinggi,bersasaran pada pencapaian kemampuan optimal yang menyeluruh sesuai idealistis yang diinginkan.
2) Tujuan intermediair,bersifat sementara untuk dijadikan sarana mencapai tujuan tertinggi.
3) Tujuan Insidental,bersasaran yang tidak direncanakan tetapi punya kaitan dengan pencapaian tujuan umum.
4) Tujuan Khusus,memberikan dan mengembangkan kemampuan atau skill khusus pada anak didik.
Dilihat dari filosofis,tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi :
a. Tujuan teoritis,pemberian kemampuan teoritis kepada anak didik
b. Tujuan praktis,mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan praktis kepada anak didik.
Dengan kata lain pendidika islam secara filosofis beriontasi kepada nilai-nilai islami yang bersasaran pada tiga dimensi yaitu :
a. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan Tuhannya
b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis,selaras dan seimbang dengan masyarakat
c. Mengembangkan kemamouannya untuk menggali,mengelola,dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai landasan pendidikan Islam, maka al-Qur’an memiliki kedudukan sebagai qat’ī al-dalālah.Sedangkan hadis, ada yang qat’ī al-dalālah dan ada yang zannī al-dalālah.Karena demikian halnya, maka yang harus dijadikan landasan pertama dan utama dalam pendidikan Islam adalah al-Qur’an, di mana di dalamnya banyak ditemukan ayat yang berkenaan dengan teori belajar-mengajar, dan teori belajar-mengajar itu sendiri merupakan esensi dari pendidikan.
Di samping teori belajar mengajar, ada pula teori nativisme, empirisme, dan konvergensi. Teori-teori ini erat kaitannya dengan teori belajar mengajar yang bersumber dari aliran-aliran klasik dan merupakan benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran itu mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan, mulai dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis.Aliran yang paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat, bahkan mungkin merusak bakat yang telah dimiliki anak.Sedang sebaliknya, aliran yang sangat optimis memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati.Banyak pemikiran yang berada di antara kedua kutub tersebut, yang dipandang sebagai variasi gagasan dan pemikiran dalam pendidikan.
Ketiga aliran pendidikan yang disebutkan di atas, juga memiliki keterkaitan erat dengan petunjuk al-Qur’an tentang masalah fitrah manusia.Karena itulah, maka dapat dirumuskan bahwa sangat penting untuk dibahas berbagai petunjuk al-Qur’an tentang teori belajar mengajar dan kaitannya dengan teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi.
Terdapat perbedaan pandangan tentang teori belajar dalam berbagai aliran-aliran pendidikan.Perbedaan-perbedaan itu, berpangkal pada berbedanya pandangan tentang perkembangan manusia yang banyak ditemukan pembahasannya dalam psikologi pendidikan.

Tidak ada komentar: